A. Bentuk Tes sebagai
Instrument Evaluasi
1.
Pengertian tes
Secara harfiah, kata “tes” berasal dari bahasa
Perancis Kuno: testum dengan arti :”piring untuk menyisihkan logam-logam mulia,
dalam bahasa Inggris ditulis dengan test yang dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan dengan “tes”,”ujian”,atau”percobaan”. Testing berarti saat
dilaksanakannya atau peristiwa berlangsungnya pengukuran dan penilaian. Tester
adalah orang yang melaksanakan tes atau pembuat tes. Testee adalah pihak yang
dikenai tes (peserta tes).
Dari segi istilah,
menurut Anne Anastasi yang dimaksud
dengan tes adalah alat pengukur yang mempunyai standar yang obyektif sehingga
dapat digunakan secara meluas, serta dapat betul-betul digunakan untuk mengukur
dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu.
Dalam dunia evaluasi pendidikan, yang dimaksud
dengan tes adalah cara atau prosedur dalam pengukuran dan penilaian di bidang
pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas, baik berupa
pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab, atau perintah-perintah oleh testee,
sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi
testee, nilai mana dapat dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai oleh
testee lainnya, atau dibandingkan dengan nilai standar tertentu.[1]
Sehingga kami dapat menyimpulkan bahwa tes merupakan suatu teknik
atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan pengukuran, yang
didalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas
yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik untuk mengukur aspek
perilaku peserta didik.
Banyak alat atau
instrument yang dapat digunakan dalam kegiatan evaluasi. Salah satunya adalah
tes. Di sekolah juga sering disebut dengan tes prestasi belajar. Tes banyak
digunakan untuk mengukur prestasi belajar peserta didik dalam bidang kognitif,
seperti pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, dan evaluasi. Penggunaan tes
dalam dunia pendidikan sudah dikenal sejak dahulu kala, sejak orang mengenal
pendidikan itu sendiri.
2.
Fungsi
Tes
1)
Mengadakan diagnosis terhadap kesulitan belajar siswa.
2)
Mengevaluasi celah antara bakat dengan pencapaian.
3)
Menaikkan tingkat prestasi.
4)
Mengelompokkan siswa dalam kelas pada waktu metode
kelompok.
5)
Merencanakan kegiatan proses belajar-mengajar untuk siswa
secara perseorangan.
6)
Menentukan siswa mana yang memerlukan bimbingan khusus.
7)
Menentukan tingkat pencapaian untuk setiap anak.
1)
Menentukan arah pembicaraan dengan orang tua tentang
anak-anak mereka.
2)
Membantu siswa dalam menentukan pilihan.
3)
Membantu siswa mencapai tujuan pendidikan dan jurusan.
4)
Memberi kesempatan kepada pembimbing, guru, dan orang tua
dalam memahami kesulitan anak.
c.
Fungsi untuk Administrasi:
1)
Memberi petunjuk dalam pengelompokan siswa.
2)
Penempatan siswa baru.
3)
Membantu siswa memilih kelompok.
4)
Menilai kurikulum.
5)
Memperluas hubungan masyarakat (public relation).
6)
Menyediakan informasi untuk badan-badan lain di luar
sekolah.
3.
Langkah-langkah
dalam Penyusunan Tes
Urutan langkah yang dilakukan dalam penyusunan tes
adalah:
a.
Menentukan tujuan mengadakan tes.
b.
Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan dijadikan
tes.
c.
Merumuskan tujuan instruksional khusus dari tiap bagian
bahan.
d.
Menderetkan semua indikator dalam tabel persiapan yang
memuat pula aspek tingkah laku yang terkandung dalam indikator itu.
4.
Bentuk-bentuk tes
a.
Berdasarkan Fungsinya
Ditinjau dari segi fungsi yang dimiliki oleh tes sebagai
alat pengukur perkembangan belajar peserta didik, tes ini dapat dibedakan
menjadi enam golongan:
1)
Tes seleksi
Tes seleksi sering dikenal dengan istilah “ujian
saringan” atau “ujian masuk”. Tes ini dilaksanakan dalam rangka penerimaan
calon siswa baru, dimana hasil tes digunakan untuk memilih calon peserta didik
yang tergolong paling baik dari sekian banyak calon yang mengikuti tes. Materi
pada tes seleksi ini merupakan materi prasyarat untuk mengikuti program
pendidikan yang akan diikuti oleh calon.
Sesuai
dengan sifatnya, yaitu menyeleksi atau melakukan penyaringan, maka materi tes
seleksi terdiri atas butir-butir soal yang cukup sulit, sehingga hanya
calon-calon yang tergolong memiliki kemampuan tinggi sajalah yang dimungkinkan
dapat menjawab butir-butir soal tes dengan betul. Tes seleksi dapat dilaksanakan secara lisan, secara tertulis,
dengan tes perbuatan, dan
dapat pula dilaksanakan dengan mengkombinasikan ketiga jenis tes tersebut
secara serempak. Sebagai tindak lanjut dari hasil tes seleksi, maka para calon yang
dipandang memenuhi batas persyaratan minimal yang telah ditentukan dinyatakan
sebagai peserta tes yang lulus dan dapat diterima sebagai siswa baru,
dinyatakan tidak lulus dan karenanya tidak dapat diterima sebagai siswa baru.
2)
Tes awal
Tes awal
sering dikenal dengan istilah pre-test. Tes jenis ini dilaksanakan
dengan tujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang
akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh para peserta didik. Jadi tes awal
adalah tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada peserta
didik. Karena itu maka butir-butir soalnya dibuat yang mudah-mudah. Setelah tes awal berakhir,
maka sebagai tindak lanjutnya adalah :
a)
Jika dalam tes awal itu semua materi yang ditanyakandalam tes sudah
dikuasai dengan baik oleh peserta didik, maka materi yang telah ditanyakan
dalam tes awal itu tidak diajarkan lagi,
b)
Jika materi yang dapat dipahami oleh peserta didik baru sebagian saja,
maka yang diajarkan adalah materi pelajaran yang belum cukup dipahami oleh para
peserta didik tersebut.
3)
Tes akhir
Tes akhir
sering dikenal dengan istilah post-test. Tes akhir dilaksanakan dengan
tujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong penting
sudah dapat dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh para peserta didik.
4)
Tes diagnostik
Tes diagnostik (diagnostic test) adalah tes yang
digunakan untuk menentukan secara tepat, jenis kesukaran yang dihadapi oleh
peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu.
5)
Tes formatif
Tes formatif adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui,
sudah sejauh manakah peserta didik “telah terbentuk” setelah mereka mengikuti
proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Tes formatif ini biasanya
dilaksanakan di tengah-tengah perjalanan program pengajaran, yaitu dilaksanakan
pada setiap kali satuan pelajaran atau subpokok bahasan berakhir atau dapat
diselesaikan. Di sekolah-sekolah tes formatif ini biasa dikenal
dengan istilah “ulangan harian”. Tindak lanjut yang perlu dilakukan setelah diketahuinya hasil tes
formatif adalah:
a)
Jika materi yang diteskan itu telah dikuasai dengan baik, maka pembelajaran
dilanjutkan dengan pokok bahasan yang baru.
b)
Jika ada bagian-bagian yang belum dikuasai, maka sebelum dilanjutkan
dengan pokok bahasan baru, terlebih dahulu diulangi atau dijelaskan lagi
bagian-bagian yang belum dikuasai oleh peserta didik.
6)
Tes sumatif
Tes
sumatif adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah sekumpulan satuan
program pengajaran selesai diberikan.[4] Tes sumatif dilaksanakan secara tertulis, agar
semua siswa memperoleh soal yang sama. Butir-butir soal yang dikemukakan dalam
tes sumatif ini pada umumnya juga lebih sulit
atau lebih berat daripada
butir-butir soal tes formatif. Yang
menjadi tujuan utama tes sumatif adalah untuk menentukan nilai yang
melambangkan keberhasilan peserta didik setelah mereka menempuh proses
pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
b.
Berdasarkan aspek psikis yang ingin diungkap
Ditilik dari aspek kejiwaan yang ingin diungkap, tes
setidak-tidaknya dapat dibedakan menjadi lima golongan, yaitu:
1)
Tes intelegensi, yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengungkap atau mengetahui tingkat kecerdasan seseorang.
2)
Tes kemampuan, yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengungkap kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki oleh testee.
3)
Tes sikap, yakni salah satu jenis tes yang dipergunakan untuk mengungkap
predisposisi atau kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu respon tertentu
terhadap dunia sekitarnya, baik berupa individu-individu maupun obyek-obyek
tertentu.
4)
Tes kepribadian, yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan mengungkap
ciri-ciri khas dari seseorang yang banyak sedikitnya bersifat lahiriah.
5)
Tes hasil belajar, yang juga sering dikenal dengan istilah tes
pencapaian, yakni tes yang biasa digunakan untuk mengungkap tingkat pencapaian
atau prestasi belajar.
c.
Penggolongan lain-lain
Ditilik dari banyaknya orang yang mengikuti tes, dapat
dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu:
1)
Tes individual, yaitu tes dimana tester hanya berhadapan
dengan satu orang testee saja.
2)
Tes kelompok, yaitu tes dimana tester berhadapan dengan
lebih dari satu orang testee.
Ditilik dari segi waktu yang disediakan bagi testee untuk menyelesaikan
tes, yaitu:
1)
Power test, yakn tes dimana waktu yang
disediakan buat testee untuk menyelesaikan tes tersebut tidak dibatasi.
2)
Speed test, yaitu tes dimana waktu yang
disediakan buat testee untuk menyelesaikan tes tersebut dibatasi.
Ditilik dari segi bentuk responnya, tes dapat dibedakan menjadi dua
golongan yaitu:
1)
Verbal test, yaitu suatu tes yang
menghendaki respon (jawaban) yang tertuang dalam bentuk ungkapan kata-kata atau
kalimat, baik secara lisan ataupun tertulis.
2)
Nonverbal test, yakni tes
yang menghendaki respon (jawaban) dari testee bukan berupa ungkapan kata-kata
atau kalimat, melainkan berupa tindakan atau tingkah laku.
Akhirnya, apabila ditinjau dari segi cara mengajukan pertanyaan dan cara
memberikan jawabannya,l tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
1)
Tes tertulis, yakni jenis tes dimana tester dalam mengajukan butir-butir
pertanyaan atau soalnya dilakukan secara tertulis dan testee memberikan
jawabannya juga secara tertulis.
2)
Tes lisan, yakni tes dimana tester didalam mengajukan
pertanyaan-pertanyaan atau soalnya dialkukan secara lisan, dan testee memberikan
jawabannya secara lisan juga.
B. Bentuk Non Tes
Sebagai Instrumen Evaluasi
Nontes adalah cara penilaian
hasil belajar peserta didik yang dilakukan tanpa menguji peserta didik tetapi
dengan melakukan pengamatan secara sistematis. Teknik evaluasi non tes berarti
melaksanakan penilain dengan tidak menggunakan tes. Teknik penilaian ini
umumnya untuk menilai kepribadian anak secara menyeluruh meliputi sikap,
tingkah laku, sifat, sikap sosial, dan lain-lain. Yang berhubungan dengan
kegiatan belajar dalam pendidikan, baik secara individu maupun secara kelompok.
Pada prinsipnya,
setiap melakukan evaluasi pembelajaran, kita dapat menggunakan teknik tes dan
nontes, sebab hasil belajar atau aspek-aspek pembelajaran bersifat aneka ragam.
perlu diketahui bahwa tes bukanlah satu-satunya cara untuk melakukan
evaluasi hasil belajar siswa, teknik lain yang dapat dilakukan adalah teknik
non tes. Dengan teknik ini evaluasi hasil belajar peserta
didik dilakukan tanpa menguji peserta didik tersebut, melainkan dilakukan
dengan pengamatan secara sistematis (observation),
melakukan wawancara (interview),
penyebaran angket (questionnaire),
memeriksa atau meneliti dokumen-dokumen (documentari analysis). Teknik non tes
ini memegang peranan penting terutama dalam rangka evaluasi hasil belajar
peserta didik dalam ranah sikap hidup (affective
domain) dan ranah keterampilan (psychomotoric
domain)[5],
sedangkan teknik tes sering digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta
didik dari segi ranah berfikirnya (cognitive
domain)[6]. Berikut ini adalah beberapa jenis evaluasi non tes:
Ada beberapa
teknik non tes, yaitu :
1)
Skala bertingkat (rating
scale)
2)
Kuesioner (questionaire)
3)
Daftar cocok (check-list)
4)
Wawancara (interview)
5)
Pengamatan (observation)
6)
Riwayat hidup
Adapun
penjelasannya adalah sebagai berikut :
a.
Skala bertingkat (rating
scale)
Skala menggambarkan nilai yang berbentuk angka
terhadap suatu hasil pertimbangan. Biasanya angka-angka yang digunakan
diterangkan pada skala dengan jarak yang sama. Meletakkannya secara bertingkat
dari yang rendah ke yang tinggi.
Kita dapat menilai hampir segala sesuatu dengan
skala. Dengan maksud agar pencatatannya dapat objektif, maka penilaian terhadap
penampilan atau penggambaran kepribadian seseorang disajikan dalam bentuk
skala.
b.
Kuesioner
Kuesioner juga sering dikenal sebagai angket. Pada dasarnya kuesioner adalah Sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan
diukur (responden). Dengan kuesioner ini orang dapat diketahui tentang keadaan atau data diri, pengalaman,
pengetahuan sikap atau pendapatnya dan lain-lain.
Ditinjau dari segi cara menjawabnya maka dibedakan
menjadi dua, yaitu kuesioner tertutup dan kuesioner terbuka. Kuesioner tertutup
adalah kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban langkah
sehingga pengisi hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih. Sedangkan
kuesioner terbuka adalah kuesioner yang disusun sedemikian rupa sehingga para
pengisi bebas mengemukakan pendapatnya. Kuesioner terbuka disusun apabila macam
jawaban pengisi belum terperinci dengan jelas sehingga jawabannya akan beraneka
ragam.
c.
Daftar cocok (check list)
Yang dimaksud dengan daftar cocok adalah deretan
pernyataan (yang biasanya singkat-singkat), dimana responden yang dievaluasi
tinggal membubuhkan tanda cocok (√) di tempat yang sudah disediakan. Ada pendapat yang mengatakan bahwa sebenarnya
skala bertingkat dapat digolongkan ke dalam daftar cocok karena dalam skala
bertingkat, responden juga diminta untuk memberikan tanda cocok pada pilihan
yang tepat.
d.
Wawancara (interview)
Wawancara adalah suatu cara yang digunakan untuk
mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak. Dikatakan
sepihak karena dalam wawancara ini responden tidak diberi kesempatan sama
sekali untuk mengajukan pertanyaan. Pertanyaan hanya diajukan oleh subjek
evaluasi.
Ada dua macam interview, yaitu interview
bebas dan interview terpimpin. Inteview
bebas merupakan di mana responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan
pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh subjek
evaluasi. Sedangkan interview terpimpin adalah interview yang
dilakukan oleh subjek evaluasi dengan cara mengajukan pertanyaan-petanyaan yang
udah disusun terlebih dahulu. Jadi dalam hal ini responden pada waktu menjawab
pertanyaan tinggal memilih jawaban yang sudah dipersiapkan oleh penanya.
Pertanyaan itu kadang-kadang bersifat
sebagai pemimpin, mengarahkan dan penjawab sudah dipimpin oleh sebuah daftar
cocok, sehingga dalam menuliskan jawaban, ia tinggal membubuhkan tanda cocok di
tempat yang sesuai dengan keadaan responden.
e.
Pengamatan (observation)
Pengamatan adalah suatu teknik yang dilakukan dengan
cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis. Ada 3 macam observasi :
1)
Observasi partisipan, yaitu
observasi yang dilakukan oleh pengamat, tetapi dalam pada itu pengamat memasuki
dan mengikuti kegiatan kelompok yang sedang diamati. Observasi partisipan
dilaksanakan sepenuhnya jika pengamat betul-betul mengikuti kegiatan kelompok,
bukan hanya pura-pura. Dengan demikian ia dapat menghayati dan merasakan
seperti apa yang dirasakan orang-orang dalam kelompok yang diamati.
2)
Observasi sistematik, yaitu
observasi di mana faktor-faktor yang diamati sudah diatur menurut kategorinya.
Berbeda dengan observasi partisipan, maka dalam observasi ini pengamat berada
di luar kelompok. Dengan demikian maka
pengamat tidak dibingungkan oleh situasi yang melingkungi dirinya.
3)
Observasi eksperimental,
pengamatan ini terjadi jika pengamatan tidak berpartisipasi dalam kelompok.
Dalam hal ini ia dapat mengendalikan unsur-unsur penting dalam situasi sedemikian
rupa sehingga situasi itu dapat diatur sesuai dengan tujuan evaluasi.
f.
Riwayat hidup
Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan
seseorang selama dalam masa kehidupannya. Dengan mempelajari riwayat hidup,
maka subjek evaluasi akan dapat menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian
kebiasaan dan sikap dari objek yang dimulai.
KESIMPULAN
Tes berasal dari bahasa Perancis Kuno:
testum dengan arti :”piring untuk menyisihkan logam-logam mulia, dalam bahasa
Inggris ditulis dengan test yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan
“tes”,”ujian”,atau”percobaan”.
Tes merupakan suatu teknik atau cara yang
digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan pengukuran, yang didalamnya
terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus
dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik untuk mengukur aspek perilaku
peserta didik.
Fungsi tes dapat dibagi menjadi tiga macam, yakni
fungsi untuk bimbingan, fungsi untuk kelas, dan fungsi untuk administrasi.
Perlu diperhatikan, bahwa sebelum mengadakan tes ada beberapa langkah yang
harus dilakukan dalam melakukan tes (evaluasi), diantaranya;
1.
Menentukan tujuan mengadakan tes.
2.
Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan
dijadikan tes.
3.
Merumuskan tujuan instruksional khusus dari tiap
bagian bahan.
4.
Menderetkan semua indikator dalam tabel persiapan
yang memuat pula aspek tingkah laku yang terkandung dalam indikator itu.
Bentuk tes dapat dibagi menjadi beberapa bagian,
diantaranya; Bentuk tes berdasarkan fungsinya; Tes seleksi, Tes awal, Tes akhir,
Tes diagnostik, Tes formatif, Tes sumatif. Sedangkan jika bentuk tes dilihat
dari aspek psikis yang ingin diungkap dapat dibagi sebagai berikut; Tes
intelegensi, Tes kemampuan, Tes sikap, Tes kepribadian, Tes hasil belajar.
Praktik yang ada dalam lapangan bahwa bentuk tes
tidak hanya yang tersebut diatas, namun ada bentuk tes lainnya, seperti; dilihat
dari banyaknya orang yang mengikuti, dapat dibagi menjadi dua, yakni; Tes individu, Tes kelompok.
Sedangkan jika dilihat dari segi waktu yang
diberikan kepada testee, maka dapat dibagi menjadi dua, yakni; Power test, Speed
tes. Sedangkan jika dilihat dari segi responnya, dapat dibagi menjadi dua,
yakni; Verbal test, Non verbal test. Jika dilihat dari cara mengajukan
pertanyaan dan cara memberikan jawaban, dapat dibagi menjadi dua, yakni; Tes
tertulis, Tes lisan.
Evaluasi juga bisa dilakukan dengan non test. Nontes adalah cara penilaian hasil belajar
peserta didik yang dilakukan tanpa menguji peserta didik tetapi dengan
melakukan pengamatan secara sistematis. Teknik evaluasi non tes berarti
melaksanakan penilaian dengan tidak menggunakan tes. Berikut ini
adalah beberapa jenis evaluasi non tes;
1.
Skala bertingkat (rating
scale)
2.
Kuesioner (questionaire)
3.
Daftar cocok (check-list)
4.
Wawancara (interview)
5.
Pengamatan (observation)
6.
Riwayat hidup
DAFTAR PUSTAKA
Bukhari, M., Teknik-Teknik Evaluasi Pendidikan, Bandung:
Jammars, 1989.
Arikunto,
Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2012.
Daryanto, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta,
2005.
Arifin, Zaenal, Evaluasi Pembelajaran, Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2009.
Sudijono,
Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar