Pengunjung

ads
Unknown TARIKAT DALAM ISLAM Senin, 07 April 2014 A.     Pengertian Tari q at Menurut Harun Nasution, tarekat berasal dari kata thariqah, yang artinya jalan yang harus ditempuh oleh se... 5

TARIKAT DALAM ISLAM



A.    Pengertian Tariqat
Menurut Harun Nasution, tarekat berasal dari kata thariqah, yang artinya jalan yang harus ditempuh oleh seorang calon sufi agar ia berada sedekat mungkin dengan Allah. Thariqah kemudian mengandung arti organisasi (tarekat). Tiap thariqat mempunyai syaikh, upacara ritual, dan bentuk dzikir sendiri.[1]
Asy-Syekh Muhammad Amin Al-Kurdiy mengemukakan tiga macam definisi, yang berturut-turut disebutkan sebagai berikut:

الطريقة هي العمل بالشريعة والاخد بعزائهما والبعد عن التساهل فيما لا ينبغى التساهل فيه
            Artinya:
            “Tariqat adalah pengamalan syariat, melaksanakan beban ibadah (dengan tekun) dan menjauhkan (diri) dari (sikap) mempermudah (ibadah), yang sebenarnya tidak boleh dipermudah.”
الطريقة هى اجتناب المنهيات ظاهرا وباطنا وامتثال الاوامر الالهية بقدر الطاقة
Artinya;
            Tariqat adalah menjauhi larangan dan mwnjauhi perintah Tuhan sesuai dengan kesanggupannya, baik larangan dan perintah yang nyata maupun yang tidak (batin).”


الطريقة هىى اجتناب المحرمات والمكروهات وفضول المباحات واداء الفرائض فما استطاع من النوافل تحت رعاية عارف من اهل النهاية
Artinya:
            “Tariqat adalah meninggalkan yang haram dan makruh, memperhatikan hal-hal mubah (yang sifatnya mengandung) fadilah, menunaikan hal-hal yang diwajibkan dan yang disunnahkan, sesuai dengan kesanggupan (pelaksanaan) dibawah bimbingan seorang arif (Syekh) dari (sufi) yang  mencita-citakan suatu tujuan.”[2]
            Dalam ilmu tasawuf diterangkan,bahwa arti tareqat itu ialah jalan atau petunjuk dalam melakukan sesuatu ibadah sesuai dengan ajaran yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW., dan dikerjakan oleh sahabat-sahabt Nabi , Tabiin dan turun- temurun sampai kepada guru-guru/ulama-ulama sambung- menyambung  sampai pada masa kita ini. [3]
            Seperti misalnya dalam Al-Qur’an hanya mewajibkan “shalat” tetapi tidak ada ayat yang memberikan perincian tentang shalat dhudur 4 rakaat, shalat maghrib 3 rakaat, shalat isya’ 4 rakaat, dan shalat shubuh 2 rakaat, demikian pula tentang 13 rukun shalat dari Takbiratul ihram, fatihah, rukuk, sujud, dan seterusnya. Kalau bukan pekerjaan yang ditiru dari Nabi Muhammad oleh sahabat-sahabat Nabi kemudian ditiru pula oleh Tabiin turun temurun sampai pada masa seterusnya.
            Bukannya Qur’an itu tidak lengkap atau Sunnah Rasul dan Ilmu Fiqih tidak sempurna, tetapi masih ada penjelasan yang lebih teratur agar pelaksanaan daripada peraturan-peraturan Tuhan dan Nabi itu dapat dilakukan menurut semestinya., tidak menurut penangkapan otak orang yang hanya membacanya saja dan melakukannya sesuka hatinya. 
            Dalam ilmu tasawwuf diterangkan: Bahwa sunnah Nabi itu, harus dilakukan dengan Tariqat. Bahwa tidak cukup hanya dari keterangan hadist Nabi saja, jikalau tidak ada yang melihat pekerjaan dan cara Nabi melaksanakannya, yang melihat itu adalah para sahabat Nabi yang menceritakannya kembali kepada murid-muridnya yaitu Tabiin yang menceritakannya pula kepada para pengikutnya sampai dibukukannya hadist-hadist dan tersusunnya kitab fiqih oleh ahli hadist seperti Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Nasai, dll. Begitu pula para ahli fiqih, seperti Imam Hanafi, Imam Malik, Imam Syafi’I, Imam Hambali dll. Memang Qur’an menjadi sumber pokok, memang Sunnah/Hadist merupakan penjelasan yang penting, tetapi adalah urat nadi daripada pelaksanaan ajaran-ajaran itu adalah tasawuf.
            Demikian para sufiyah membuat suatu system “tariqah”, mengadakan latihan jiwa, membersihkan dirinya dari sifat-sifat yang tercela/mazmumah dan mengisinya dengan sifat yang terpuji/mahmudah dan memperbanyak dzikir dengan penuh ikhlas semata-mata untuk memperoleh keadaan “tajalli” yakni bertemu dengan Tuhannya sebagai bagian terakhir dan terbesar.
            Orang sufi tidak ingin bersusah payah untuk mempelajari banyak buku yang dikarang orang. Mereka ingin menempuh jalan tariqat yang merupakan pendahuluan mujahadah, melenyapkan pada dirinya akan sifat-sifat mazmumah dan melepaskan hubungan yang dapat merugikan dan mengotori kesucian dirinya serta mempersiapkan dirinya untuk menerima pancaran nur-cahaya Allah.
            Salah satu dasar pengambilan mereka, ialah dengan sebuah Hadist Qudsi:
كنت حزينة خافية, احببت ان اعرف فخلقت  الخلق فتعرفت اليهم فعرفونى    ."حديث قدسى"
Allah berfirman: “Adalah aku perbendaharaan yang tersenbunyi, maka inginlah Aku supaya diketahui siapa Aku, maka Aku jadikanlah makhluk-Ku: Maka dengan Allah mereka mengenal Aku.”[4]
B.     Perkembangan Tariqat
            Ditinjau dari segi historisnya, kapan dan tariqat mana yang mula-mula timbul sebagai suatu lembaga, sulit diketahui dengan pasti. Namun, Harun Nasution menyatakan bahwa setelah Al Ghazali menghalalkan tasawuf yang sebelumnya dikatakan sesat, tasawuf berkembang didunia islam, tetapi perkembangannya melalui tarekat. Tarekat ini memakai suatu tempat pusat kegiatan yang disebut ribat (disebut juga zawiyah, hangka, atau pekir). Ini merupakan tempat para murid berkumpul melestarikan ajaran tasawufnya, ajaran tasawuf walinya, dan ajaran tasawuf syaikhnya.[5]
            Menurut L. Massignon, pada Abad ke-9 dan ke-10 tarekat merupakan cara pendidikan akhlak dan jiwa bagi mereka yang berminat hidup sufi; setelah abad ke-11 dan seterusnya, tarekat menjadi sebuah gerakan (sufi/tasawuf, semacam lembaga tasawuf) yang lengkap memberikan latihan-latihan rohani/jasmani untuk tujuan keyakinan-keyakinan tertentu. Organisasi-organisasi tarekat bermunculan yang memiliki karakteristik berbeda satu sama lain. Pembuat tarekat pertama kali adalah sufi Iran, Muhammad Ahmad Al-maihimy (w. 430 H). Ia terkenal dengan nama Abu Abi Sa’id. Di sana ia membuat seperangkat aturan peribadatan untuk murid-muridnya yang terkenal dengan Nama Darwis. Dia membangun sebuah rumah ibadah yang disebut Khanqah,  dan juga membuat silsilah tarekat secara pewarisan. Pada Abad ke-5 dan ke-6 H, tarekat berkembang menuju ke arah barat.Muncullah tarekat Qadiriyyah. Ada Al-Ahmadiyyah dan Syadziliyah di Mesir.
            Dari induk tarekat tersebut hingga mencapai ribuan tarekat, melalui tahapan yang panjang.[6] Pada awal kemunculannya, tarekat berkembang dari dua daerah, yaitu khurasan (Iran) dan Mesopotamia (Irak). Pada periode ini mulai timbul beberapa, diantaranya:
1.      Tarekat Yasaviyah yang didirikan oleh Ahmad Al-Yasavi (wafat 562 H/1169 M) dan disusul oleh tarekat khawajagawiyah ynag disponsori oleh Abd Al-Khaliq Al-Ghuzdawani (wafat 617 H/1220 M). kedua tarekat ini menganut paham tasawuf Abu Yazid Al-Bustami (wafat 425H/1034M) dan dilanjudkan oleh Abu Al-Farmadhi (wafat 477H/1084M) dan Yusuf bin Ayyub Al-Hamadani (wafat 535H/1140M). tarekat yasaviyah berkembang ke barbagai daerah, antara lain ke Turki. Di sana, tarekat ini berganti nama dengan tarekat Bektashiya yang diidentikkan dengan pendirinya Muhammad ‘Ata’ bin Ibrahim Hajji Bektasy (wafat 1335 M). Tarekat ini sangat populer dan pernah memegang peranan penting di cvcTurki yang dikenal dengan Korp Jenissari yang diorganisasikan oleh Murad I pada masa Turki Ustmani.
2.      Tarekat Naqsabandiyah yang didirikan oleh Muhammad Bahauddin An-Naqsabandi Al-Awisi Al-Bukhari (wafat 1389 M) di Tukistan. Dalam perkembangannya, tarekat ini menyebar ke Anatoli (Turki) kemudian meluas ke India dan Indonesia dengan berbagai nama baru yang disesuaikan dengan pendirinya di daerah tersebut, seperti tarekat Khalidiyah, Muradiyah, Mujadidiyah, dan Ahsaniyah.
3.      Tarekat Khalwatiyah yang didirikan oleh Umar Al-Khalwati (wafat 1379 M). tarekat khalwatiyah adalah salah satu tarekat yang terkenal berkembang di berbagai negeri, seperti Turki, Siria, Mesir, Hijaz, dan Yaman. Di Mesir tarekat Khalwatiyah didirikan oleh Ibrahim Gulsheini (wafat 940 H/1534 M) yang kemudian terbagi pada berbagai cabang, antara lain tarekat Sammniyah yang didirikan oleh Muhammad bin abd Al-Karim As-Samani (1718-1775). Tarekat ini juga dikenal dengan nama tarekat Hafniyah.
4.      Tarekat Safawiyah yang didirikan oleh Safiyudin Al-Ardabili (wafat 1334 M).
5.      Tarekat Bairamiyah yang didirikan oleh Hijji Bairan (wafat 1430 M).
Di daerah Mesopotamia masih banyak tarekat yang muncul dalam periode ini dan cukup terkenal. Tarekat-tarekat ini antara lain:
a)      Tarekat qadiriyah yang didirikan oleh Muhy Ad-Din Abd Al-Qadir Al-Jailani (471 H/1078M)
b)      Tarekat Syadziliyah yang dinisbatkan kepada Nur Ad-Din Ahmad Asy-Syadziliyah (593-656-H/1196-1258 M).
c)      Terekat Rifa’iyah yang didirikan oleh Ahmad bin Ali Ar-Rifa’i(1106-1182).
Terakat yang tergolong dalam kelompok Qadiriyah ini cukup banyak dan tersebar ke negeri Islam. Terekat Faridiyah di mesir yang dinisbatkan kepada Umar bin Al-Farid (1234M) mengilhami terekat sanusiyah (Muhammad bin Ali Al-Sanusi, 1787-1859 M) melalui terekat Idrisiyah (Ahmad bin Idris), di Afrika Utara, merupakan kelompok Qadiriyah yang masuk ke India melalui Muhammad Al-Ghawath (1517 M) yang kemudian dikenal dengan Al-Ghawthiyah atau Al-Mi’rajiyah dan di Turki dikembangkan oleh Ismail Ar-Rumi (1041 H/1631 M).[7]
C.     Metode-Metode (Tarekat) untuk bersatu dengan Tuhan
             Untuk mencapai hakikat (liqa’ Allah) bertemu dengan Tuhan kaum sufi mengadakan kegiatan batin, riyadhah/ latihan dan mujahadah atau perjuangan kerohanian. Perjuangan seperti itu, dinamakan suluk dan yang mengerjakannya disebut salik dan untuk Liqa’ Allah itulah menjadi perhatian ulama para sufi dan Juga Al-Ghazali membawa pengikut-pengikutnya kepada Liqa’ bertemu dengan Tuhan. Firman Allah dalam Al-Qur’an:

ö@è% !$yJ¯RÎ) O$tRr& ׎|³o0 ö/ä3è=÷WÏiB #Óyrqム¥n<Î) !$yJ¯Rr& öNä3ßg»s9Î) ×m»s9Î) ÓÏnºur ( `yJsù tb%x. (#qã_ötƒ uä!$s)Ï9 ¾ÏmÎn/u ö@yJ÷èuù=sù WxuKtã $[sÎ=»|¹ Ÿwur õ8ÎŽô³ç ÍoyŠ$t7ÏèÎ/ ÿ¾ÏmÎn/u #Jtnr& ÇÊÊÉÈ  
“Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".
            Metode-metode Tarekat antara Lain:
1.      Hulul (Tuhan menjelma ke dalam Insan) seperti ajaran Al-Hallaj. Katanya: keinsananku tenggelam ke dalam ketuhananmu, tetapi tidak mungkin percampuran, sebab ketuhananmu itu senantiasa menguasai keinsananku.
2.      Al-Isyraq (cahaya dari segala cahaya) seperti ajaran Abul Futuh Al-Suhrawardi. Beliau berkata, Tujuan segala-galanya satu juga, yaitu menuntut cahayanya kebenaran dari segala cahaya yaitu Allah.
3.      Ittihad (Tuhan dan hamba berpadu menjadi satu) seperti ajaran Abu yazid Al-Bustomi. Beliau berkata, Kami telah melihat engkau maka engkaulah itu dan aku tidak ada disana.
4.      Ittisal (hamba dapat menghubungkan diri dengan Tuhan) danmenentang faham/ajaran Hulul dari Al-Hallaj, menurut ajaran Al-Faraby.
5.      Wahdatul Wujud (yang ada hanya satu) seperti ajaran Ibnu Arabi, beliau berkata, Al-Abidu Wal Ma’budu Wahidun, yang menyembah dengan yang disembah itu satu.
      Itulah tadi metode-metode tarekat yang lazim dipakai oleh tokoh-tokoh sufi/tasawuf dalam menempuh jalan yang dapat membawa mereka untuk beroleh kenyataan Tuhan/Tajalli.[8]

D.    Tokoh-Tokoh Tarekat di Dunia
            Mengenai macam-macam tarekat beserta pendirinya dapat dilihat berikut ini:
1.      Tarekat Qadiriyah, yang dinisbatkan kepada Asy-Syaikh Abdul Qadir Jailani sebagai pendirinya.
2.      Tarekat Rifa’iyah, yang dinisabatkan kepada Asy-Syaikh Ahmad Rifa’i.
3.      Tarekat Maulawiyah, yang dinisbatkan kepada Asy-Syaikh Maulana Jalaludin Ar-Rumi.
4.      Tarekat Syadziliyah, yang dinisbatkan kepada As-Syaikh Abul Hasan Ali bin Abdil Jabbar Asy- Syadzali.
5.      Tarekat Badawiyah, yang dinisbatkan kepada Asy-Syekh Ahmad Al-Badawi.
6.      Tarekat As-Suhrawardiyah, yang dinisbatkan kepada As-Syaikh As-Suhrawardi.
7.      Tarekat Naqsyabandiyah, yang dinisbatkan kepada Asy-Syahlah Bahauddin Muhammad bin Hasan An-Naqsyabandi.
8.      Tarekat Syattariyah, yang dinisbatkan kepada Asy-Syaikh Abdullah Asy-Syattari.
9.      Tarekat Khalwatiyah, yang dinisbatkan kepada Asy-Syaikh abdul Barakat Ayyub bin Muhammad Al-Khalwati Al-Qursisyi.
     

KESIMPULAN
            Menurut Harun Nasution, tarekat berasal dari kata thariqah, yang artinya jalan yang harus ditempuh oleh seorang calon sufi agar ia berada sedekat mungkin dengan Allah. Thariqah kemudian mengandung arti organisasi (tarekat). Tiap thariqat mempunyai syaikh, upacara ritual, dan bentuk dzikir sendiri.
            Dalam ilmu tasawuf diterangkan,bahwa arti tareqat itu ialah jalan atau petunjuk dalam melakukan sesuatu ibadah sesuai dengan ajaran yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW., dan dikerjakan oleh sahabat-sahabt Nabi , Tabiin dan turun- temurun sampai kepada guru-guru/ulama-ulama sambung- menyambung  sampai pada masa kita ini.
            Menurut L. Massignon, pada Abad ke-9 dan ke-10 tarekat merupakan cara pendidikan akhlak dan jiwa bagi mereka yang berminat hidup sufi; setelah abad ke-11 dan seterusnya, tarekat menjadi sebuah gerakan (sufi/tasawuf, semacam lembaga tasawuf) yang lengkap memberikan latihan-latihan rohani/jasmani untuk tujuan keyakinan-keyakinan tertentu. Organisasi-organisasi tarekat bermunculan yang memiliki karakteristik berbeda satu sama lain. Pembuat tarekat pertama kali adalah sufi Iran, Muhammad Ahmad Al-maihimy (w. 430 H). Ia terkenal dengan nama Abu Abi Sa’id. Di sana ia membuat seperangkat aturan peribadatan untuk murid-muridnya yang terkenal dengan Nama Darwis. Dia membangun sebuah rumah ibadah yang disebut Khanqah,  dan juga membuat silsilah tarekat secara pewarisan. Pada Abad ke-5 dan ke-6 H, tarekat berkembang menuju ke arah barat.Muncullah tarekat Qadiriyyah. Ada Al-Ahmadiyyah dan Syadziliyah di Mesir.
            Dari induk tarekat tersebut hingga mencapai ribuan tarekat, melalui tahapan yang panjang. Pada awal kemunculannya, tarekat berkembang dari dua daerah, yaitu khurasan (Iran) dan Mesopotamia (Irak). Pada periode ini mulai timbul beberapa, diantaranya:
1.      Tarekat Yasaviyah yang didirikan oleh Ahmad Al-Yasavi (wafat 562 H/1169 M) dan disusul oleh tarekat khawajagawiyah ynag disponsori oleh Abd Al-Khaliq Al-Ghuzdawani (wafat 617 H/1220 M). kedua tarekat ini menganut paham tasawuf Abu Yazid Al-Bustami (wafat 425H/1034M) dan dilanjudkan oleh Abu Al-Farmadhi (wafat 477H/1084M) dan Yusuf bin Ayyub Al-Hamadani (wafat 535H/1140M).
2.      Tarekat Naqsabandiyah yang didirikan oleh Muhammad Bahaunjnnddin An-Naqsabandi Al-Awisi Al-Bukhari (wafat 1389 M) di Tukistan.
3.      Tarekat Khalwatiyah yang didirikan oleh Umar Al-Khalwati (wafat 1379 M). tarekat khalwatiyah adalah salah satu tarekat yang terkenal berkembang di berbagai negeri, seperti Turki, Siria, Mesir, Hijaz, dan Yaman. Di Mesir tarekat Khalwatiyah didirikan oleh Ibrahim Gulsheini (wafat 940 H/1534 M) yang kemudian terbagi pada berbagai cabang, antara lain tarekat Sammniyah yang didirikan oleh Muhammad bin abd Al-Karim As-Samani (1718-1775). Tarekat ini juga dikenal dengan nama tarekat Hafniyah.
4.      Tarekat Safawiyah yang didirikan oleh Safiyudin Al-Ardabili (wafat 1334 M).
5.      Tarekat Bairamiyah yang didirikan oleh Hijji Bairan (wafat 1430 M).
Di daerah Mesopotamia masih banyak tarekat yang muncul dalam periode ini dan cukup terkenal. Tarekat-tarekat ini antara lain:
a)      Tarekat qadiriyah yang didirikan oleh Muhy Ad-Din Abd Al-Qadir Al-Jailani (471 H/1078M)
b)      Tarekat Syadziliyah yang dinisbatkan kepada Nur Ad-Din Ahmad Asy-Syadziliyah (593-656-H/1196-1258 M).
c)      Terekat Rifa’iyah yang didirikan oleh Ahmad bin Ali Ar-Rifa’i(1106-1182).
6.      Tarekat yang tergolong dalam kelompok Qadiriyah ini cukup banyak dan tersebar ke negeri Islam. Terekat Faridiyah di mesir yang dinisbatkan kepada Umar bin Al-Farid (1234M) mengilhami terekat sanusiyah (Muhammad bin Ali Al-Sanusi, 1787-1859 M) melalui terekat Idrisiyah (Ahmad bin Idris), di Afrika Utara, merupakan kelompok Qadiriyah yang masuk ke India melalui Muhammad Al-Ghawath (1517 M) yang kemudian dikenal dengan Al-Ghawthiyah atau Al-Mi’rajiyah dan di Turki dikembangkan oleh Ismail Ar-Rumi (1041 H/1631 M).
Metode-metode tarekat antara lain:
1.      Hulul (Tuhan menjelma ke dalam Insan) seperti ajaran Al-Hallaj. Katanya: keinsananku tenggelam ke dalam ketuhananmu, tetapi tidak mungkin percampuran, sebab ketuhananmu itu senantiasa menguasai keinsananku.
2.      Al-Isyraq (cahaya dari segala cahaya) seperti ajaran Abul Futuh Al-Suhrawardi. Beliau berkata, Tujuan segala-galanya satu juga, yaitu menuntut cahayanya kebenaran dari segala cahaya yaitu Allah.
3.      Ittihad (Tuhan dan hamba berpadu menjadi satu) seperti ajaran Abu yazid Al-Bustomi. Beliau berkata, Kami telah melihat engkau maka engkaulah itu dan aku tidak ada disana.
4.      Ittisal (hamba dapat menghubungkan diri dengan Tuhan) danmenentang faham/ajaran Hulul dari Al-Hallaj, menurut ajaran Al-Faraby.
5.      Wahdatul Wujud (yang ada hanya satu) seperti ajaran Ibnu Arabi, beliau berkata, Al-Abidu Wal Ma’budu Wahidun, yang menyembah dengan yang disembah itu satu.
            Itulah sebagian metode-metode yang dilakukan para sufi dalam usaha untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Berikut ini tokoh-tokoh tarekat dalam Islam antara lain:
1.      Tarekat Qadiriyah, yang dinisbatkan kepada Asy-Syaikh Abdul Qadir Jailani sebagai pendirinya.
2.      Tarekat Rifa’iyah, yang dinisabatkan kepada Asy-Syaikh Ahmad Rifa’i.
3.      Tarekat Maulawiyah, yang dinisbatkan kepada Asy-Syaikh Maulana Jalaludin Ar-Rumi.
4.      Tarekat Syadziliyah, yang dinisbatkan kepada As-Syaikh Abul Hasan Ali bin Abdil Jabbar Asy- Syadzali.
5.      Tarekat Badawiyah, yang dinisbatkan kepada Asy-Syekh Ahmad Al-Badawi.
6.      Tarekat As-Suhrawardiyah, yang dinisbatkan kepada As-Syaikh As-Suhrawardi.
7.      Tarekat Naqsyabandiyah, yang dinisbatkan kepada Asy-Syahlah Bahauddin Muhammad bin Hasan An-Naqsyabandi.
8.      Tarekat Syattariyah, yang dinisbatkan kepada Asy-Syaikh Abdullah Asy-Syattari.
9.      Tarekat Khalwatiyah, yang dinisbatkan kepada Asy-Syaikh abdul Barakat Ayyub bin Muhammad Al-Khalwati Al-Qursisyi.



DAFTAR PUSTAKA

Nasution, Harun, 1986.  Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: UI-Press.
Mustafa, A., 1999.  Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia.
Zahri, Mustafa. 1998.  Kunci Memahami Ilmi Tasawuf.  Surabaya: PT. Bina Ilmu.
Anwar, Rosihon dan Mukhtar  Solihin. 2007. Ilmu Tasawuf Cet. IV. Bandung: Pustaka Setia.
Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel. 2011.  Akhlak Tasawuf, Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press.





[1] Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, ( Jakarta: UI-Press, 1986 ), hlm 89
[2] A. Mustafa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), hlm 280-281
[3] Mustafa Zahri, Kunci Memahami Ilmi Tasawuf, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1998), hlm. 56.
[4] Ibid, hlm. 56-58.
[5] Rosihon Anwar, Mukhtar Solihin, Ilmu Tasawuf Cet. IV, (Bandung: Pustaka Setia, 2007), hlm.167.
[6] Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel, Akhlak Tasawuf, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2011), hlm. 286-287.
[7] Rosihon Anwar, Mukhtar Solihin, Op. Cit., hlm. 167-169.
[8] Mustafa Zuhri, Op. Cit. hlm. 59-60.

Related Posts On

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Copyright © Anugerah Ilmu

Sponsored By: Free For Download Template By: Fast Loading Seo Friendly Blogger Template