A.
Pengertian Tariqat
Menurut Harun
Nasution, tarekat berasal dari kata thariqah, yang artinya jalan yang harus
ditempuh oleh seorang calon sufi agar ia berada sedekat mungkin dengan Allah.
Thariqah kemudian mengandung arti organisasi (tarekat). Tiap thariqat mempunyai
syaikh, upacara ritual, dan bentuk dzikir sendiri.[1]
Asy-Syekh Muhammad
Amin Al-Kurdiy mengemukakan tiga macam definisi, yang berturut-turut disebutkan
sebagai berikut:
الطريقة
هي العمل بالشريعة والاخد بعزائهما والبعد عن التساهل فيما لا ينبغى التساهل فيه
Artinya:
“Tariqat adalah pengamalan
syariat, melaksanakan beban ibadah (dengan tekun) dan menjauhkan (diri) dari
(sikap) mempermudah (ibadah), yang sebenarnya tidak boleh dipermudah.”
الطريقة
هى اجتناب المنهيات ظاهرا وباطنا وامتثال الاوامر الالهية بقدر الطاقة
Artinya;
“Tariqat adalah menjauhi larangan
dan mwnjauhi perintah Tuhan sesuai dengan kesanggupannya, baik larangan dan
perintah yang nyata maupun yang tidak (batin).”
الطريقة
هىى اجتناب المحرمات والمكروهات وفضول المباحات واداء الفرائض فما استطاع من
النوافل تحت رعاية عارف من اهل النهاية
Artinya:
“Tariqat adalah meninggalkan yang
haram dan makruh, memperhatikan hal-hal mubah (yang sifatnya mengandung) fadilah,
menunaikan hal-hal yang diwajibkan dan yang disunnahkan, sesuai dengan
kesanggupan (pelaksanaan) dibawah bimbingan seorang arif (Syekh) dari (sufi)
yang mencita-citakan suatu tujuan.”[2]
Dalam ilmu tasawuf diterangkan,bahwa arti tareqat itu ialah jalan
atau petunjuk dalam melakukan sesuatu ibadah sesuai dengan ajaran yang
dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW., dan dikerjakan oleh sahabat-sahabt Nabi ,
Tabiin dan turun- temurun sampai kepada guru-guru/ulama-ulama sambung- menyambung
sampai pada masa kita ini. [3]
Seperti misalnya dalam Al-Qur’an
hanya mewajibkan “shalat” tetapi tidak ada ayat yang memberikan perincian
tentang shalat dhudur 4 rakaat, shalat maghrib 3 rakaat, shalat isya’ 4 rakaat,
dan shalat shubuh 2 rakaat, demikian pula tentang 13 rukun shalat dari
Takbiratul ihram, fatihah, rukuk, sujud, dan seterusnya. Kalau bukan pekerjaan
yang ditiru dari Nabi Muhammad oleh sahabat-sahabat Nabi kemudian ditiru pula
oleh Tabiin turun temurun sampai pada masa seterusnya.
Bukannya Qur’an itu tidak lengkap
atau Sunnah Rasul dan Ilmu Fiqih tidak sempurna, tetapi masih ada penjelasan
yang lebih teratur agar pelaksanaan daripada peraturan-peraturan Tuhan dan Nabi
itu dapat dilakukan menurut semestinya., tidak menurut penangkapan otak orang
yang hanya membacanya saja dan melakukannya sesuka hatinya.
Dalam ilmu tasawwuf diterangkan: Bahwa
sunnah Nabi itu, harus dilakukan dengan Tariqat. Bahwa tidak cukup hanya dari
keterangan hadist Nabi saja, jikalau tidak ada yang melihat pekerjaan dan cara
Nabi melaksanakannya, yang melihat itu adalah para sahabat Nabi yang
menceritakannya kembali kepada murid-muridnya yaitu Tabiin yang menceritakannya
pula kepada para pengikutnya sampai dibukukannya hadist-hadist dan tersusunnya
kitab fiqih oleh ahli hadist seperti Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Nasai,
dll. Begitu pula para ahli fiqih, seperti Imam Hanafi, Imam Malik, Imam
Syafi’I, Imam Hambali dll. Memang Qur’an menjadi sumber pokok, memang
Sunnah/Hadist merupakan penjelasan yang penting, tetapi adalah urat nadi
daripada pelaksanaan ajaran-ajaran itu adalah tasawuf.
Demikian para sufiyah membuat suatu
system “tariqah”, mengadakan latihan jiwa, membersihkan dirinya dari
sifat-sifat yang tercela/mazmumah dan mengisinya dengan sifat yang
terpuji/mahmudah dan memperbanyak dzikir dengan penuh ikhlas semata-mata untuk
memperoleh keadaan “tajalli” yakni bertemu dengan Tuhannya sebagai bagian
terakhir dan terbesar.
Orang sufi tidak ingin bersusah
payah untuk mempelajari banyak buku yang dikarang orang. Mereka ingin menempuh
jalan tariqat yang merupakan pendahuluan mujahadah, melenyapkan pada dirinya akan
sifat-sifat mazmumah dan melepaskan hubungan yang dapat merugikan dan mengotori
kesucian dirinya serta mempersiapkan dirinya untuk menerima pancaran nur-cahaya
Allah.
Salah satu dasar pengambilan mereka, ialah dengan sebuah Hadist
Qudsi:
كنت
حزينة خافية, احببت ان اعرف فخلقت الخلق
فتعرفت اليهم فعرفونى ."حديث
قدسى"
Allah
berfirman: “Adalah aku perbendaharaan yang tersenbunyi, maka inginlah Aku
supaya diketahui siapa Aku, maka Aku jadikanlah makhluk-Ku: Maka dengan Allah
mereka mengenal Aku.”[4]
B.
Perkembangan Tariqat
Ditinjau dari segi historisnya,
kapan dan tariqat mana yang mula-mula timbul sebagai suatu lembaga, sulit
diketahui dengan pasti. Namun, Harun Nasution menyatakan bahwa setelah Al
Ghazali menghalalkan tasawuf yang sebelumnya dikatakan sesat, tasawuf
berkembang didunia islam, tetapi perkembangannya melalui tarekat. Tarekat ini
memakai suatu tempat pusat kegiatan yang disebut ribat (disebut juga zawiyah,
hangka, atau pekir). Ini merupakan tempat para murid berkumpul melestarikan
ajaran tasawufnya, ajaran tasawuf walinya, dan ajaran tasawuf syaikhnya.[5]
Menurut L. Massignon, pada Abad ke-9
dan ke-10 tarekat merupakan cara pendidikan akhlak dan jiwa bagi mereka yang
berminat hidup sufi; setelah abad ke-11 dan seterusnya, tarekat menjadi sebuah
gerakan (sufi/tasawuf, semacam lembaga tasawuf) yang lengkap memberikan
latihan-latihan rohani/jasmani untuk tujuan keyakinan-keyakinan tertentu.
Organisasi-organisasi tarekat bermunculan yang memiliki karakteristik berbeda
satu sama lain. Pembuat tarekat pertama kali adalah sufi Iran, Muhammad Ahmad
Al-maihimy (w. 430 H). Ia terkenal dengan nama Abu Abi Sa’id. Di sana ia
membuat seperangkat aturan peribadatan untuk murid-muridnya yang terkenal
dengan Nama Darwis. Dia membangun sebuah rumah ibadah yang disebut Khanqah,
dan juga membuat silsilah tarekat
secara pewarisan. Pada Abad ke-5 dan ke-6 H, tarekat berkembang menuju ke arah
barat.Muncullah tarekat Qadiriyyah. Ada Al-Ahmadiyyah dan Syadziliyah di Mesir.
Dari induk tarekat tersebut hingga
mencapai ribuan tarekat, melalui tahapan yang panjang.[6]
Pada awal kemunculannya, tarekat berkembang dari dua daerah, yaitu khurasan
(Iran) dan Mesopotamia
(Irak). Pada periode ini mulai timbul beberapa, diantaranya:
1.
Tarekat Yasaviyah yang didirikan oleh Ahmad Al-Yasavi (wafat 562 H/1169 M)
dan disusul oleh tarekat khawajagawiyah ynag disponsori oleh Abd
Al-Khaliq Al-Ghuzdawani (wafat 617 H/1220 M). kedua tarekat ini menganut paham
tasawuf Abu Yazid Al-Bustami (wafat 425H/1034M) dan dilanjudkan oleh Abu
Al-Farmadhi (wafat 477H/1084M) dan Yusuf bin Ayyub Al-Hamadani (wafat 535H/1140M).
tarekat yasaviyah berkembang ke barbagai daerah, antara lain ke Turki. Di sana, tarekat ini berganti nama dengan tarekat Bektashiya
yang diidentikkan dengan pendirinya Muhammad ‘Ata’ bin Ibrahim Hajji Bektasy
(wafat 1335 M). Tarekat ini sangat populer dan pernah memegang peranan penting
di cvcTurki
yang dikenal dengan Korp Jenissari yang diorganisasikan oleh Murad I pada masa
Turki Ustmani.
2.
Tarekat Naqsabandiyah
yang didirikan oleh Muhammad Bahauddin An-Naqsabandi Al-Awisi Al-Bukhari (wafat
1389 M) di Tukistan. Dalam perkembangannya, tarekat ini menyebar ke Anatoli
(Turki) kemudian meluas ke India dan Indonesia dengan berbagai nama baru yang
disesuaikan dengan pendirinya di daerah tersebut, seperti tarekat Khalidiyah,
Muradiyah, Mujadidiyah, dan Ahsaniyah.
3.
Tarekat Khalwatiyah
yang didirikan oleh Umar Al-Khalwati (wafat 1379 M). tarekat khalwatiyah adalah
salah satu tarekat yang terkenal berkembang di berbagai negeri, seperti Turki,
Siria, Mesir, Hijaz, dan Yaman. Di Mesir tarekat Khalwatiyah didirikan oleh
Ibrahim Gulsheini (wafat 940 H/1534 M) yang kemudian terbagi pada berbagai
cabang, antara lain tarekat Sammniyah yang didirikan oleh Muhammad bin
abd Al-Karim As-Samani (1718-1775). Tarekat ini juga dikenal dengan nama
tarekat Hafniyah.
4.
Tarekat Safawiyah
yang didirikan oleh Safiyudin Al-Ardabili (wafat 1334 M).
5.
Tarekat Bairamiyah
yang didirikan oleh Hijji Bairan (wafat 1430 M).
Di daerah Mesopotamia masih banyak tarekat yang muncul dalam
periode ini dan cukup terkenal. Tarekat-tarekat ini antara lain:
a)
Tarekat qadiriyah yang didirikan oleh Muhy Ad-Din Abd Al-Qadir
Al-Jailani (471 H/1078M)
b)
Tarekat Syadziliyah yang dinisbatkan kepada Nur Ad-Din Ahmad
Asy-Syadziliyah (593-656-H/1196-1258 M).
c)
Terekat Rifa’iyah yang didirikan oleh Ahmad bin Ali Ar-Rifa’i(1106-1182).
Terakat yang tergolong dalam kelompok Qadiriyah ini cukup banyak
dan tersebar ke negeri Islam. Terekat Faridiyah di mesir yang dinisbatkan
kepada Umar bin Al-Farid (1234M) mengilhami terekat sanusiyah (Muhammad bin Ali
Al-Sanusi, 1787-1859 M) melalui terekat Idrisiyah (Ahmad bin Idris), di Afrika Utara, merupakan kelompok Qadiriyah
yang masuk ke India melalui Muhammad Al-Ghawath (1517 M) yang kemudian
dikenal dengan Al-Ghawthiyah atau Al-Mi’rajiyah dan di Turki
dikembangkan oleh Ismail Ar-Rumi (1041 H/1631 M).[7]
C. Metode-Metode (Tarekat) untuk bersatu dengan
Tuhan
Untuk mencapai hakikat (liqa’ Allah) bertemu
dengan Tuhan kaum sufi mengadakan kegiatan batin, riyadhah/ latihan dan
mujahadah atau perjuangan kerohanian. Perjuangan seperti itu, dinamakan suluk
dan yang mengerjakannya disebut salik dan untuk Liqa’ Allah itulah menjadi
perhatian ulama para sufi dan Juga Al-Ghazali membawa pengikut-pengikutnya
kepada Liqa’ bertemu dengan Tuhan. Firman Allah dalam Al-Qur’an:
ö@è% !$yJ¯RÎ) O$tRr& ×|³o0 ö/ä3è=÷WÏiB #Óyrqã ¥n<Î) !$yJ¯Rr& öNä3ßg»s9Î) ×m»s9Î) ÓÏnºur ( `yJsù tb%x. (#qã_öt uä!$s)Ï9 ¾ÏmÎn/u ö@yJ÷èuù=sù WxuKtã $[sÎ=»|¹ wur õ8Îô³ç Íoy$t7ÏèÎ/ ÿ¾ÏmÎn/u #Jtnr& ÇÊÊÉÈ
“Katakanlah: Sesungguhnya aku ini
manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya
Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan
dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia
mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".
Metode-metode Tarekat antara Lain:
1.
Hulul (Tuhan menjelma ke dalam Insan) seperti ajaran
Al-Hallaj. Katanya: keinsananku tenggelam ke dalam ketuhananmu, tetapi tidak
mungkin percampuran, sebab ketuhananmu itu senantiasa menguasai keinsananku.
2.
Al-Isyraq (cahaya dari segala cahaya) seperti ajaran Abul
Futuh Al-Suhrawardi. Beliau berkata, Tujuan segala-galanya satu juga, yaitu
menuntut cahayanya kebenaran dari segala cahaya yaitu Allah.
3.
Ittihad (Tuhan dan hamba berpadu menjadi satu) seperti
ajaran Abu yazid Al-Bustomi. Beliau berkata, Kami telah melihat engkau maka
engkaulah itu dan aku tidak ada disana.
4.
Ittisal (hamba dapat menghubungkan diri dengan Tuhan)
danmenentang faham/ajaran Hulul dari Al-Hallaj, menurut ajaran Al-Faraby.
5.
Wahdatul Wujud (yang ada hanya satu) seperti ajaran Ibnu
Arabi, beliau berkata, Al-Abidu Wal Ma’budu Wahidun, yang menyembah
dengan yang disembah itu satu.
Itulah
tadi metode-metode tarekat yang lazim dipakai oleh tokoh-tokoh sufi/tasawuf
dalam menempuh jalan yang dapat membawa mereka untuk beroleh kenyataan
Tuhan/Tajalli.[8]
D. Tokoh-Tokoh Tarekat di Dunia
Mengenai macam-macam tarekat beserta
pendirinya dapat dilihat berikut ini:
1.
Tarekat Qadiriyah, yang dinisbatkan kepada Asy-Syaikh
Abdul Qadir Jailani sebagai pendirinya.
2.
Tarekat Rifa’iyah, yang dinisabatkan kepada Asy-Syaikh
Ahmad Rifa’i.
3.
Tarekat Maulawiyah, yang dinisbatkan kepada Asy-Syaikh
Maulana Jalaludin Ar-Rumi.
4.
Tarekat Syadziliyah, yang dinisbatkan kepada As-Syaikh
Abul Hasan Ali bin Abdil Jabbar Asy- Syadzali.
5.
Tarekat Badawiyah, yang dinisbatkan kepada Asy-Syekh
Ahmad Al-Badawi.
6.
Tarekat As-Suhrawardiyah, yang dinisbatkan kepada
As-Syaikh As-Suhrawardi.
7.
Tarekat Naqsyabandiyah, yang dinisbatkan kepada
Asy-Syahlah Bahauddin Muhammad bin Hasan An-Naqsyabandi.
8.
Tarekat Syattariyah, yang dinisbatkan kepada Asy-Syaikh
Abdullah Asy-Syattari.
9.
Tarekat Khalwatiyah, yang dinisbatkan kepada Asy-Syaikh
abdul Barakat Ayyub bin Muhammad Al-Khalwati Al-Qursisyi.
KESIMPULAN
Menurut Harun Nasution, tarekat berasal dari kata thariqah, yang
artinya jalan yang harus ditempuh oleh seorang calon sufi agar ia berada
sedekat mungkin dengan Allah. Thariqah kemudian mengandung arti organisasi
(tarekat). Tiap thariqat mempunyai syaikh, upacara ritual, dan bentuk dzikir
sendiri.
Dalam
ilmu tasawuf diterangkan,bahwa arti tareqat itu ialah jalan atau petunjuk dalam
melakukan sesuatu ibadah sesuai dengan ajaran yang dicontohkan oleh Nabi
Muhammad SAW., dan dikerjakan oleh sahabat-sahabt Nabi , Tabiin dan turun-
temurun sampai kepada guru-guru/ulama-ulama sambung- menyambung sampai pada masa kita ini.
Menurut
L. Massignon, pada Abad ke-9 dan ke-10 tarekat merupakan cara pendidikan akhlak
dan jiwa bagi mereka yang berminat hidup sufi; setelah abad ke-11 dan
seterusnya, tarekat menjadi sebuah gerakan (sufi/tasawuf, semacam lembaga
tasawuf) yang lengkap memberikan latihan-latihan rohani/jasmani untuk tujuan
keyakinan-keyakinan tertentu. Organisasi-organisasi tarekat bermunculan yang
memiliki karakteristik berbeda satu sama lain. Pembuat tarekat pertama kali
adalah sufi Iran, Muhammad Ahmad Al-maihimy (w. 430 H). Ia terkenal dengan nama
Abu Abi Sa’id. Di sana ia membuat seperangkat aturan peribadatan untuk
murid-muridnya yang terkenal dengan Nama Darwis. Dia membangun sebuah
rumah ibadah yang disebut Khanqah, dan juga membuat silsilah tarekat secara
pewarisan. Pada Abad ke-5 dan ke-6 H, tarekat berkembang menuju ke arah
barat.Muncullah tarekat Qadiriyyah. Ada Al-Ahmadiyyah dan Syadziliyah di Mesir.
Dari
induk tarekat tersebut hingga mencapai ribuan tarekat, melalui tahapan yang
panjang. Pada awal kemunculannya, tarekat berkembang dari dua daerah, yaitu
khurasan (Iran) dan Mesopotamia (Irak). Pada periode ini mulai timbul beberapa, diantaranya:
1.
Tarekat Yasaviyah yang didirikan oleh Ahmad Al-Yasavi (wafat 562 H/1169 M)
dan disusul oleh tarekat khawajagawiyah ynag disponsori oleh Abd
Al-Khaliq Al-Ghuzdawani (wafat 617 H/1220 M). kedua tarekat ini menganut paham
tasawuf Abu Yazid Al-Bustami (wafat 425H/1034M) dan dilanjudkan oleh Abu
Al-Farmadhi (wafat 477H/1084M) dan Yusuf bin Ayyub Al-Hamadani (wafat
535H/1140M).
2.
Tarekat Naqsabandiyah
yang didirikan oleh Muhammad Bahaunjnnddin
An-Naqsabandi Al-Awisi Al-Bukhari (wafat 1389 M) di Tukistan.
3.
Tarekat Khalwatiyah yang didirikan oleh Umar Al-Khalwati (wafat 1379 M).
tarekat khalwatiyah adalah salah satu tarekat yang terkenal berkembang di
berbagai negeri, seperti Turki, Siria, Mesir, Hijaz, dan Yaman. Di Mesir
tarekat Khalwatiyah didirikan oleh Ibrahim Gulsheini (wafat 940 H/1534 M) yang
kemudian terbagi pada berbagai cabang, antara lain tarekat Sammniyah
yang didirikan oleh Muhammad bin abd Al-Karim As-Samani (1718-1775). Tarekat ini juga dikenal dengan nama tarekat Hafniyah.
4.
Tarekat Safawiyah
yang didirikan oleh Safiyudin Al-Ardabili (wafat 1334 M).
5.
Tarekat Bairamiyah
yang didirikan oleh Hijji Bairan (wafat 1430 M).
Di daerah Mesopotamia masih banyak tarekat yang muncul dalam
periode ini dan cukup terkenal. Tarekat-tarekat ini antara lain:
a)
Tarekat qadiriyah yang didirikan oleh Muhy Ad-Din Abd Al-Qadir
Al-Jailani (471 H/1078M)
b)
Tarekat Syadziliyah yang dinisbatkan kepada Nur Ad-Din Ahmad
Asy-Syadziliyah (593-656-H/1196-1258 M).
c)
Terekat Rifa’iyah yang didirikan oleh Ahmad bin Ali
Ar-Rifa’i(1106-1182).
6.
Tarekat yang tergolong dalam kelompok Qadiriyah ini cukup banyak dan
tersebar ke negeri Islam. Terekat Faridiyah di mesir yang dinisbatkan kepada
Umar bin Al-Farid (1234M) mengilhami terekat sanusiyah (Muhammad bin Ali
Al-Sanusi, 1787-1859 M) melalui terekat Idrisiyah (Ahmad bin Idris), di Afrika Utara, merupakan kelompok Qadiriyah
yang masuk ke India melalui Muhammad Al-Ghawath (1517 M) yang kemudian
dikenal dengan Al-Ghawthiyah atau Al-Mi’rajiyah dan di Turki
dikembangkan oleh Ismail Ar-Rumi (1041 H/1631 M).
Metode-metode tarekat antara lain:
1.
Hulul (Tuhan menjelma ke dalam Insan) seperti ajaran
Al-Hallaj. Katanya: keinsananku tenggelam ke dalam ketuhananmu, tetapi tidak
mungkin percampuran, sebab ketuhananmu itu senantiasa menguasai keinsananku.
2.
Al-Isyraq (cahaya dari segala cahaya) seperti ajaran Abul
Futuh Al-Suhrawardi. Beliau berkata, Tujuan segala-galanya satu juga, yaitu
menuntut cahayanya kebenaran dari segala cahaya yaitu Allah.
3.
Ittihad (Tuhan dan hamba berpadu menjadi satu) seperti
ajaran Abu yazid Al-Bustomi. Beliau berkata, Kami telah melihat engkau maka
engkaulah itu dan aku tidak ada disana.
4.
Ittisal (hamba dapat menghubungkan diri dengan Tuhan)
danmenentang faham/ajaran Hulul dari Al-Hallaj, menurut ajaran Al-Faraby.
5.
Wahdatul Wujud (yang ada hanya satu) seperti ajaran Ibnu
Arabi, beliau berkata, Al-Abidu Wal Ma’budu Wahidun, yang menyembah
dengan yang disembah itu satu.
Itulah
sebagian metode-metode yang dilakukan para sufi dalam usaha untuk mendekatkan
diri kepada Allah SWT. Berikut ini tokoh-tokoh tarekat dalam Islam antara lain:
1.
Tarekat Qadiriyah, yang dinisbatkan kepada Asy-Syaikh
Abdul Qadir Jailani sebagai pendirinya.
2.
Tarekat Rifa’iyah, yang dinisabatkan kepada Asy-Syaikh
Ahmad Rifa’i.
3.
Tarekat Maulawiyah, yang dinisbatkan kepada Asy-Syaikh Maulana
Jalaludin Ar-Rumi.
4.
Tarekat Syadziliyah, yang dinisbatkan kepada As-Syaikh
Abul Hasan Ali bin Abdil Jabbar Asy- Syadzali.
5.
Tarekat Badawiyah, yang dinisbatkan kepada Asy-Syekh
Ahmad Al-Badawi.
6.
Tarekat As-Suhrawardiyah, yang dinisbatkan kepada As-Syaikh
As-Suhrawardi.
7.
Tarekat Naqsyabandiyah, yang dinisbatkan kepada
Asy-Syahlah Bahauddin Muhammad bin Hasan An-Naqsyabandi.
8.
Tarekat Syattariyah, yang dinisbatkan kepada Asy-Syaikh
Abdullah Asy-Syattari.
9.
Tarekat Khalwatiyah, yang dinisbatkan kepada Asy-Syaikh
abdul Barakat Ayyub bin Muhammad Al-Khalwati Al-Qursisyi.
DAFTAR PUSTAKA
Nasution, Harun, 1986. Islam Ditinjau Dari
Berbagai Aspeknya. Jakarta: UI-Press.
Mustafa, A., 1999. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia.
Zahri, Mustafa. 1998. Kunci
Memahami Ilmi Tasawuf. Surabaya: PT.
Bina Ilmu.
Anwar, Rosihon dan Mukhtar Solihin. 2007.
Ilmu Tasawuf Cet. IV. Bandung: Pustaka Setia.
Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel. 2011. Akhlak Tasawuf, Surabaya: IAIN Sunan
Ampel Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar